Semua uraian diambil dari Kejadian 30:1-24. Ketika berjalan-jalan, Ruben mendapatkan buah dudaim. Buah itu diberikan kepada Lea. Beberapa buah itu diminta Rahel tetapi ditolaknya. Mengapa? Selain sudah tinggal bersama Yakub, Rahel ingin dudaim pula. Karena Lea menolak, Rahel pun menawarnya. Mereka pun sepakat. Lea tinggal dan tidur dengan Yakub, sementara Rahel mendapat buah dudaim.
Sebenarnya, makan buah dudaim merupakan salah satu cara agar mempunyai anak. Dalam kasus ini, kata “mempunyai” harus diperjelas. Mempunyai karena memerintah budak perempuan atau melahirkan anak kandung.
Setelah empat anak Lea lahirkan dan karena Rahel mandul, tak seorang anak pun mereka lahirkan. Karena itu, Bilha dan Zilpa diberikan supaya diperistri Yakub. Namun meski Dan, Naftali, Gad, Asyer anak budak, Bilha dan Zilpa tidak boleh mengklaim anak kandung mereka sebagai anak sendiri. Mengapa? Karena semata-mata melaksanakan perintah dan nama yang tidak diberikan ibu kandung, anak kandung mereka menjadi milik Lea dan Rahel.
Usaha agar melahirkan anak adalah doa dan makan buah dudaim. Doa Rahel adalah doa permohonan karena kemandulannya. Doa Lea adalah ucapan syukur karena Yakub lebih cinta kepada Rahel tetapi Allah bela sehingga Lea beranak empat.
Karena kondisi yang tidak memungkinkan, Lea mempertahankan atau Rahel meminta buah dudaim. Mengapa? Di Timur Dekat buah dudaim dipahami sebagai simbol birahi karena akar kata yang membentuknya, yaitu dod (love) dan duda’im (apple-love). Buah ini merangsang nafsu birahi dan mengobati kemandulan. Karena khasiatnya, mereka hendak makan buah itu. Namun karena kesepakatan, buah itu dimakan Rahel.
Lea-Rahel sangat berhasrat mempunyai anak. Hasrat ini menjadi semacam “persaingan”. Andaikan dianggap “persaingan”, Lea berhasil “memenangkan” karena tujuh anak telah dilahirkan dan dibela Tuhan karena sikap diskriminatif Yakub yang lebih mencintai Rahel. Namun, di atas semua itu, hasrat mereka adalah mendapatkan cinta karena cinta membuat orang lain menerimanya. Dalam kasus ini hasrat cinta terpenuhi bukan hanya ketika bersuami, melainkan juga mampu melahirkan anak.
Sumber: Renungan Malam, Maret 2010
Sebenarnya, makan buah dudaim merupakan salah satu cara agar mempunyai anak. Dalam kasus ini, kata “mempunyai” harus diperjelas. Mempunyai karena memerintah budak perempuan atau melahirkan anak kandung.
Setelah empat anak Lea lahirkan dan karena Rahel mandul, tak seorang anak pun mereka lahirkan. Karena itu, Bilha dan Zilpa diberikan supaya diperistri Yakub. Namun meski Dan, Naftali, Gad, Asyer anak budak, Bilha dan Zilpa tidak boleh mengklaim anak kandung mereka sebagai anak sendiri. Mengapa? Karena semata-mata melaksanakan perintah dan nama yang tidak diberikan ibu kandung, anak kandung mereka menjadi milik Lea dan Rahel.
Usaha agar melahirkan anak adalah doa dan makan buah dudaim. Doa Rahel adalah doa permohonan karena kemandulannya. Doa Lea adalah ucapan syukur karena Yakub lebih cinta kepada Rahel tetapi Allah bela sehingga Lea beranak empat.
Karena kondisi yang tidak memungkinkan, Lea mempertahankan atau Rahel meminta buah dudaim. Mengapa? Di Timur Dekat buah dudaim dipahami sebagai simbol birahi karena akar kata yang membentuknya, yaitu dod (love) dan duda’im (apple-love). Buah ini merangsang nafsu birahi dan mengobati kemandulan. Karena khasiatnya, mereka hendak makan buah itu. Namun karena kesepakatan, buah itu dimakan Rahel.
Lea-Rahel sangat berhasrat mempunyai anak. Hasrat ini menjadi semacam “persaingan”. Andaikan dianggap “persaingan”, Lea berhasil “memenangkan” karena tujuh anak telah dilahirkan dan dibela Tuhan karena sikap diskriminatif Yakub yang lebih mencintai Rahel. Namun, di atas semua itu, hasrat mereka adalah mendapatkan cinta karena cinta membuat orang lain menerimanya. Dalam kasus ini hasrat cinta terpenuhi bukan hanya ketika bersuami, melainkan juga mampu melahirkan anak.
Sumber: Renungan Malam, Maret 2010
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !