Serly 22
Headlines News :
Gratis Download

Latest Post

Setiap Langkah Adalah Anugrah

Seorang professor diundang untuk berbicara di sebuah basis militer. Di sana, ia berjumpa dengan seorang prajurit yang tak mungkin dilupakannya, Ralph, penjemputnya di bandara.


Setelah saling memperkenalkan diri, mereka menuju tempat pengambilan bagasi. Ketika berjalan keluar, Ralph sering menghilang. Banyak hal dilakukannya. Ia membantu seorang wanita tua yang kopornya jatuh dan terbuka, kemudian mengangkat dua anak kecil agar mereka dapat melihat sinterklas. Ia juga menolong orang yang tersesat dengan menunjukkan arah yang benar.

Setiap kali, ia kembali ke sisi sang professor dengan senyum lebar menghiasi wajahnya.
Dari mana Anda belajar melakukan semua hal itu ? tanya sang professor.
Melakukan apa ? tanya Ralph.
Dari mana Anda belajar untuk hidup seperti itu ? desak sang professor.
Oh, kata Ralph, selama perang .....
Saya kira, perang telah mengajari saya banyak hal.

Lalu ia menuturkan kisah perjalanan tugasnya di Vietnam . Juga tentang tugasnya saat membersihkan ladang ranjau, dan bagaimana ia harus menyaksikan satu per satu temannya tewas terkena ledakan ranjau di depan matanya.

Saya belajar untuk hidup di antara pijakan setiap langkah. katanya ........
Saya tidak pernah tahu, apakah langkah berikutnya adalah pijakan terakhir, sehingga saya belajar untuk melakukan segala sesuatu yang sanggup saya lakukan tatkala mengangkat dan memijakkan kaki serta mensyukuri langkah sebelumnya.

Setiap langkah yang saya ayunkan merupakan sebuah dunia baru, dan saya kira sejak saat itulah saya menjalani kehidupan seperti ini. Kelimpahan hidup tidak ditentukan oleh berapa lama kita hidup, tetapi sejauh mana kita menjalani kehidupan yang bermakna bagi orang lain.

Nilai manusia .......
tidak ditentukan dengan bagaimana ia mati, melainkan
bagaimana ia hidup.
Kekayaan manusia bukan apa yang ia peroleh, melainkan apa yang telah ia berikan.
Selamat menikmati setiap langkah hidup Anda dan BERSYUKURLAH SETIAP SAAT

Banyak orang berpikir bagaimana mengubah dunia ini.
Hanya sedikit yang memikirkan bagaimana mengubah dirinya sendiri..

MENGAPA HARUS BERTENGKAR?

(Yer 11:18-20; Mzm 54; Yak 3:13-4:3,7-8a; Mrk 9:30-37)

Bpk/Ibu yang dikasihi Tuhan, konon ceritanya tiga tahun pertama itu merupakan ujian bagi sebuah pernikahan. Tahun pertama pernikahan, katanya si istri yang banyak bicara, sang suami yang mendengarkan. Masuk tahun kedua, istri sudah capek bicara, maka gantian sang suami yang banyak bicara, si istri yang mendengarkan. Tahun ketiga, suami-istri banyak bicara, tetangga yang mendengarkan.

Pak Dahlan dan istrinya adalah pasangan suami istri yang rukun, mereka tidak pernah kelihatan bertengkar meskipun mereka sudah berumah tangga sekitar 60 tahun. Istrinya sangat penurut, apa-apa yang diminta dan disuruh oleh suaminya selalu dilaksanakan tanpa ada bantahan barang sedikitpun dari istrinya.

Pak Kasim, teman pak Dahlan semasa revolusi fisik menceritakan ihwal kenapa istrinya pak Dahlan begitu penurut. Pada tahun 1946 pak Dahlan hendak mengungsi bersama istrinya, kendaraan yang dipakai adalah delman yang pada waktu itu sudah terbilang mewah jika sebuah keluarga mempunyai delman. Baru beberapa kilometer berjalan kuda delman itu jatuh, mungkin karena kecapekan membawa beban yang sangat berat. Pak Dahlan bergegas turun untuk membantu kudanya berdiri kembali sambil berseru “satu!!!”.

Ketika beberapa saat kuda itu jalan, kuda tersebut jatuh kembali. Pak Dahlan bergegas turun membantu kudanya berdiri kembali sambil mengatakan “dua”. Kuda itupun jalan kembali. Istrinya keheranan. Ketika perjalanan dilanjutkan, kuda itu jatuh kembali. Pak Dahlan bergegas turun kembali sambil mengatakan “tiga” lalu pak Dahlan langsung mengeluarkan pistolnya lalu “DOR…DOR…DOR” kuda itu langsung mati.

Melihat hal itu istrinya langsung memarahi sambil memaki-maki pak Dahlan karena sudah menembak kuda satu-satunya sehingga mereka tidak bisa melanjutkan perjalanannya. Belum habis marah sang istri, pak Dahlan langsung menyela dengan mengatakan, “Satu…..!!!” Maka jangan heran, kalau setelah peristiwa itu mereka tidak pernah bertengkar.

Tema kita hari ini adalah ”Mengapa Bertengkar?” Apakah konflik dan pertengkaran itu sama? Saya sependapat dengan Dr. Norman Wright, seorang konselor Kristen yang mengatakan bahwa konflik dan pertengkaran itu sebenarnya tidak sama. Ada banyak konflik yang ditangani dan diselesaikan dengan baik tanpa harus melalui pertengkaran.

Bp/Ibu yang dikasihi Tuhan, tidak jarang sumber konflik itu kadang berawal dari hal-hal yang kelihatannya sangat sepele. Contoh : yang seorang selalu memencet pasta gigi dari bawah, sedangkan yang lain selalu dari atas. Yang seorang selalu ingin agar suhu ruangan cukup hangat, sedangkan yang lain senang membuka jendela. Dalam rapat, ada orang yang senang bercerita/memberikan opini panjang lebar, sedangkan yang lain memberikan garis besarnya saja. Yang seorang cenderung aktif di malam hari, sedangkan yang lain di pagi hari. Yang seorang perlu kamar yang benar-benar gelap untuk tidur, sedangkan pasangannya ingin tidur dengan lampu menyala. Yang seorang terbiasa menggantung baju di mana saja ia mau, sedangkan yang lain menata baju dengan gantungan berdasarkan warna dan diberi jarak 1,5 cm antar gantungan biar kelihatan rapi.

Bpk/Ibu yang dikasihi Tuhan, setiap hubungan pasti tidak mungkin sama sekali lepas dari konflik. Konflik adalah bagian dari hidup bersama. Namun, seharusnya konflik tidak berubah menjadi racun yang mematikan. Konflik dapat menjadi racun yang secara perlahan melemahkan bahkan mematikan sendi-sendi kehidupan apabila konflik tersebut tidak terselesaikan dengan baik. Namun sebaliknya, konflik dapat menjadi bumbu dalam sebuah hubungan apabila diselesaikan dengan baik.

Jika konflik tidak ditangani dan diselesaikan dengan baik, maka
kan timbul pertengkaran. Perbedaan pendapat seringkali diselesaikan dengan tuduhan, ancaman yang bermuatan emosi, ledakan-ledakan suara, kemarahan-kemarahan, wajah yang mengeras, muka merah, mata melotot dan mungkin kata-kata yang kasar. Dan jika dibiarkan maka bisa mengarah kepada tindakan/perilaku yang anarkis seperti : tindakan pemukulan, menggampar, menjambak, mendorong, menendang, dll.

Sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, pagi (sore) ini kita tidak akan membahas penyebab terjadinya pertengkaran. Tetapi lebih kepada bagaimana cara kita menghindari supaya konflik yang terjadi tidak berubah menjadi sebuah pertengkaran.

Dari perikop yang tadi sudah kita baca, kita akan belajar sedikitnya dua cara menghindari supaya konflik yang terjadi tidak berubah menjadi sebuah pertengkaran; yang pertama…

1. Bersikap Rendah Hati.

Dalam Mark 9:30-37, diceritakan bahwa para murid sedang bertengkar tentang siapa yang terbesar di antara mereka. Pertengkaran itu menunjukkan adanya ambisi dalam diri para murid untuk menjadi yang terbesar. Karena itulah maka mereka terdiam ketika Tuhan Yesus menanyakan apa yang mereka perdebatkan. Awalnya mereka diam, mungkin karena malu. Tuhan Yesus kemudian mengajar mereka menggunakan anak kecil. Tuhan Yesus memakai anak itu sebagai simbol/gambaran tentang kerendahan hati, karena dibandingkan dengan orang dewasa, anak kecil adalah seseorang yang rendah hati.

Di samping itu penekanan bahwa kita harus menjadi seperti anak kecil dalam kerendahan hati, juga jelas terlihat dari perkataan Tuhan Yesus dalam ay. 35, “Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya.” Dengan lain kata seorang pemimpin adalah seorang yang rendah hati dan bersedia melayani. Tuhan Yesuspun melayani dengan rendah hati, bukan untuk menjadi yang terbesar dan yang pertama, tetapi menjadi yang terakhir dan pelayan dari semuanya. Sikap ini bertentangan dengan sikap para murid dan kebanyakan orang yang selalu ingin menjadi yang terbesar, yang mengakibatkan timbulnya banyak pertengkaran.

Bentuk kerendahan hati seperti apa yang dapat kita terapkan di dalam menghindari pertengkaran. Kerendahan hati itu dapat kita tunjukkan dengan sebuah prinsip: ”Jika kita salah, akuilah.” Di dalam tulisannya yang berjudul ”Cekcok tapi sebetulnya sudah cocok” Pdt. Andar Ismail mengatakan bahw sebenarnya, tiap orang mempunyai ’kunci rahasia” untuk menyelesaikan konflik. Namun kunci itu jarang kita gunakan. Kunci itu terdiri dari tiga kata: ”Saya minta maaf.” Tiga perkataan singkat itu bisa langsung meredakan suasana. Yang perlu adalah kesediaan salah satu pihak untuk mengambil prakasa mengucapkan tiga perkataan itu.

Memang dia bersalah, tetapi bukankah kita pun juga bisa salah? Kalau begitu, mengapa lidah kita begitu berat untuk mengucapkan tiga perkataan itu, ”Saya minta maaf.” Setiap kita harus belajar meminta maaf. Bahkan, orangtua pun harus bisa meminta maaf kepada anak jika orangtua khilaf atau bersalah. Oleh Rasul Paulus, saling memaafkan bahkan dicatat sebagai kesimpulan ciri hidup manusia baru (Ef. 4:17-22).

Jika kita dengan rendah hati mengakui bahwa kita salah, maka ketrampilan berkomunikasi kita akan jauh bertambah baik dan memperdalam hubungan kita dengan orang lain. Rasul Yakobus memberitahu kita untuk mengakui kesalahan satu sama lain dan saling mendoakan (Yak. 5:16). Salomo juga berkata, ”Siapa menyembunyikan pelanggaran/kesalahannya tidak akan beruntung, tetapi siapa mengakuinya dan meninggalkannya akan disayangi” (Ams. 28:13)

Jika kita memang bersalah, maka marilah dengan rendah hati kita mengakuinya. Kita bisa mengatakan sesuatu seperti, ”Ya, saya memang bersalah. Maafkan perkataan/tindakan saya yang telah melukai perasaanmu. Apa yang dapat saya lakukan untuk memperbaikinya?”

Cara kedua untuk menghindari supaya konflik yang terjadi tidak berubah menjadi sebuah pertengkaran adalah :

2. Hidup Menurut Hikmat Allah

Mengapa bertengkar? Pertengkaran tidak perlu terjadi jika kita belajar hidup sehari-hari dengan hikmat yang dari atas. Pertengkaran dapat dihindari jika kita memiliki hikmat dari atas. Makna kata ”dari atas” di sini adalah dari Allah, hal ini dapat kita lihat paralelnya dalam Yakobus 1:17: ”Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran.” Hikmat dari Allah membawa cara berelasi yang baru dengan sesama, yaitu dengan kasih. Dalam Yak. 4:7-8 dipaparkan bahwa relasi yang baru ini merupakan hasil perjuangan untuk mengalahkan hikmat dari dunia, dari nafsu dan dari iblis. Hikmat dari Allah tampak dalam hidup sehari-hari yang diwarnai dengan cara hidup yang baik, hikmat yang lahir dari kelemah-lembutan (ay. 13), pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan, penuh dengan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik (v. 17).

Hikmat dari Allah tampak dalam hikmat yang lahir dari kelemah-lembutan. Dalam bahasa Yunani kata kelemah-lembutan ini digunakan untuk seekor kuda yang telah dijinakkan sehingga kekuatannya dapat dikendalikan. Orang yang lemah lembut dapat mengendalikan perkataannya. Ketika terjadi konflik, orang yang memiliki hikmat yang lahir dari kelemah-lembutan ini akan mengendalikan diri untuk tidak membesar-besarkan/melebih-lebihkan masalah (atau istilah anak sekarang; tidak lebay). Pada waktu terjadi konflik orang yang memiliki hikmat yang lahir dari kelemah-lembutan ini akan menghindari perkataan, ”Kamu tidak pernah”, ”Kamu selalu”, ”Semua orang.” Misalnya: ”Kamu tidak pernah tetap waktu”, ”Kamu selalu berkata seperti itu”, ”Semua wanita memang cerewet”, ”Semua laki-laki memang seperti itu” (kecuali Meggy Z dan Basofi Soedirman, ”Tidak semua laki-laki…”), ”Semua orang berpendapat kamu memang begitu, dan saya juga.” Orang yang memiliki hikmat yang lahir dari kelemah-lembutan akan mengungkapkan kebenaran, tetapi ia akan menyatakan dengan kasih dan tidak akan melebih-lebihkan. Sikap pendamai. Hikmat manusia membawa kepada persaingan, permusuhan dan pertengkaran, tetapi hikmat Allah membawa kepada perdamaian.

Sikap pendamai menunjuk pada orang yang tidak senang mencari gara-gara/permusuhan, tidak senang membalas kejahatan dengan kejahatan, tidak senang mengadu domba, tetapi sebaliknya senang menda­maikan. Ketika terjadi konflik, sikap pendamai ini dapat kita wujudkan dengan cara berani mengambil langkah pertama untuk berdamai, tidak menunggu, tidak mencari siapa yang salah. Hikmat Allah menjadikan orang percaya menjadi peramah.

Peramah disini bukan hanya berarti murah senyum, tetapi “considerate” = mempertimbangkan perasaan orang lain. Ada sepasang suami istri yang ribut karena tidak peramah/tidak mempertimbangkan perasaan pasangannya. Suami pulang dari kantor mengeluh kepada istrinya, “Kamu enak di rumah. Tadi jalan macet, di kantor kena marah bos, dan AC kantor rusak. Saya sangat lelah”. Istrinya menjawab “Oh begitu, saya lebih capek dari kamu. Anak kita mencelupkan kucing ke toilet, karena mengurusnya, masakan jadi gosong, jadinya saya harus memasak dua kali, dan sementara itu, tadi hujan turun. Jemuran menjadi basah kembali karena terlambat diangkat, saya harus mencucinya lagi”. Akhirnya suami istri ini menjadi bertengkar. Masalahnya di “considerate”, si istri dalam cerita tadi tidak perlu berkata kepada suami, saya lebih capek dari kamu. Terima saja fakta bahwa mereka berdua kelelahan, dan mereka berdua sama-sama butuh untuk relaks dan istirahat. Di samping itu, orang yang ramah jika ada terlibat konflik akan fokus pada masalahnya dan bukan menyerang orangnya. Apalagi membawa-bawa saudara atau ipar.

Penurut artinya hikmat Allah menyebabkan orang-orang percaya dapat menyesuaikan diri, mudah untuk hidup dan bekerja sama dengan orang lain. Hikmat manusia menjadikan seseorang keras kepala, tetapi orang yang penurut bersedia mendengarkan pendapat/nasehat orang lain.

Penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik. Orang yang memiliki hikmat Allah akan penuh dengan belas kasihan. Orang yang dikuasai oleh belas kasihan tidak akan mendiamkan orang lain/ pasangannya ketika sedang terjadi konflik. Sebagian orang mencoba cara ’mendiamkan’ untuk menghindari pertengkaran. Memang ada pola tertentu yang berhasil dengan cara mendiamkan. Tetapi diam tidak pernah memberi hasil yang memuaskan dalam jangka waktu yang lama. Pepatah ”diam itu emas” dapat juga berarti pengecut. Orang yang penuh dengan belas kasihan, tidak akan bersembunyi di balik diam hanya karena takut menghadapi masalah yang ada.

Tidak memihak, ini berarti bahwa orang itu selalu bersikap adil, baik terhadap bawahan/pegawai, anak dsb. Tidak munafik artinya: tidak bermuka dua, tidak suka ber’sandiwara’. Dengan bersikap tidak memihak dan tidak munafik, maka kita telah menghindarkan diri dari konflik yang tidak perlu.

Penutup:

Ada dua orang bijak yang selama puluhan tahun tinggal bersama dengan damai. Tak pernah sekali pun mereka cekcok. Suatu hari, seorang dari mereka berkata, “Bagaimana kalau hari ini kita mencoba untuk bertengkar?” Yang lain setuju, “Baik, mari kita pertengkarkan sepotong roti ini.” Lalu mereka bersiap-siap memulai pertengkaran itu. Orang pertama berkata, “Roti ini punyaku. Ini milikku semua.” Orang bijak kedua menyahut, “Tidak apa-apa. Silakan saja ambil semua.” Pertengkaran itu pun gagal.

Mari kita gagalkan pertengkaran dengan bersikap rendah hati dan hidup menurut hikmat Allah. Amin.

sumber http://4yub.blogdetik.com

.

Photobucket


Nama : LoLe KanTambaru

Jl. Basuki Rahmat

Di dalam hidup ini kita akan banyak menemui kegagalan karena itulah yang namanya hidup...
Namun, dari kegagalan itu kita dapat belajar terus untuk meperoleh keberhasilan...
Orang yang gagal adalah orang yang takut dan tidak pernah mencoba untuk melakukan segala sesuatu karena takut akan kegagalan itu sendiri...

Arti Sahabat

Amsal 17:17
"Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran."

Bacaan Kitab Setahun: Mazmur 43; Kisah Para Rasul 15; Keluaran 35-36

Suatu hari seorang rekan kerja saya menyetel sebuah lagu di komputernya. Lagu itu terasa tidak asing di telinga saya, tetapi tetap saya tidak tahu apa judul lagu yang sedang diputar. Akhirnya saya pun menanyakan kepada rekan kerja saya ini. "Lean on Me" itulah jawabnya. Karena saya tertarik dengan lagu itu, akhirnya saya mencari liriknya di internet dan ketemu.

Lagu tersebut ternyata adalah lagu lama yang dinyanyikan kembali oleh para pemain film "Glee" yang saat ini sedang naik daun di Amerika Serikat. Di dalam salah satu kalimat lirik lagu tersebut ada kata-kata seperti ini: "Lean me, when you're not strong And I'll be your friend" Bila diterjemahkan kata-katanya bunyinya kurang lebih akan sebagai berikut: "Bersandarlah padaku, ketika engkau sedang lemah dan Aku akan menjadi sahabatmu". Sebuah pesan yang sangat mendalam dan membuat saya semakin berkaca, sudahkah saya menjadi sahabat seperti itu?
Tidak ada satu pun di dalam dunia ini yang dapat menandingi kejujuran, kemurnian, bahkan kasih yang begitu nyata ketika kita membangun sebuah persahabatan seperti yang Tuhan Yesus lakukan. Setiap perkataan-Nya dan perbuatan-Nya menunjukkan bagaimana Dia adalah Pribadi yang tak perlu diragukan lagi sebagai sahabat.

Tuhan Yesus adalah teladan kita untuk menjadi sahabat yang sejati. Sahabat sejati tidak hanya ada di saat suka, tetapi memberikan pundaknya ketika sahabatnya itu sedih atau mengalami permasalahan. Sahabat sejati memberikan dirinya sebagai sandaran ketika sahabatnya sedang menumpahkan segala kegelisahan. Pertanyaan hari ini, apakah Anda mau menjadi sahabat seperti yang Tuhan Yesus telah tunjukkan? Biarlah ketika Allah melihat dari Surga ke bumi, ia melihat Anda menjadi sahabat yang seperti Dia rindukan.

Hanya kasih Allah yang dapat memampukan kita menjadi sahabat sejati bagi sesama.

MENGKOMSUMSI ROTI HIDUP

Yohanes 6:58
Oleh : pdp. Soelispramboedie,s.th

KEBUTUHAN DASAR Manusia diseluruh dunia ini adalah makanan dan minuman. Saking seriusnya,masarakat dunia membentuk organisasi dunia untuk memindangi masalah pangan ,salah satunya adalah FAO (Food and Agriculture Organitations) unitet nations atau perserikatan bangsa- bangsa. Secara teknologi pertanian,manusia berlomba menciptakan teknik pola tanam singkat dalam pola lahan terbatas dengan hasil panen maksimal. Selain itu, mereka mempelajari pola iklim dan perubahanya. Semua itu dilakukan manusia agar mereka bisa makan ,bertahan hidup(survive) diwilayah Negara masing-masing.
Dari sisi Alkitab, kebutuhan pokok manusia sudah mendapatkan perhatian dari Tuhan Allah sejak dunia diciptakan_Nya, ia menciptakan tumbuhan, hewan sebagai konsumsi manusia (Kej 1:11,21). Pada sisi lainya, ia menginginkan manusia dibumu ini mengkonsumsi makanan Rohani, yakni” Roti hidup”. “Kebingungan” segera merebak diantara para murid dan orang setempat ketika yesus menngatakan ‘’barangsiapa makan daging-ku dan minum darah-,ku ia mempunyai hidup yang kekal dan akan membangkitkan dia pada ahir zaman .sebab daging-ku adalah benar-benar makanan dan darah-ku adalah benar-benar minuman.barang siapa makan daging-ku dan minum darah-ku, ia tingal di dalam aku dan aku di dalam dia’’(yoh.6:54-56
Pemahaman para murid yesus hanya sebatas jangka pendek ,sesuatu yang kasatmata danmengyangkan perut.padhal yesus mempunyai jangkauan rencana masa depan yangluar biasa,yaitu kehidupan kekal sesuda kematian. ayang,para murit-nyatidak bisa memahamiperkataa kristus secara proposional.sesungunya,yesus tidak mengajak mereka menjadi pemakantuhan.
Rasa bingung dan ketidakmengertian para murid yesus berakibat mereka angkat kaki dari-nya dan kembali bergabung dengan sistem dunia (yoh.6:66),padahal yesus adalah sumber berkat jasmani dan rohani.langkah praktis untuk memperoleh dan memakan roti hidup (tubuh-Nya) dan minum darah-Nya ialah melalui membaca firmantuhan secara regular,beribada di gereja,saat teduh pribadi,percaya ia adalah tuhan dan juruslamat umat manusia dan taa melakukan segala perinta-Nya.
Hari-hari yang diisi dengan mengkomsumsi roti hidup akan mendatangkan kebaikan dan berkat yang melimpah

Kisah Nyata

Suatu hari ada serombongan pria, berjumlah tujuh orang yang tergabung dalam Full Gospel Bussinesman Fellowship International dari Boston hendak pergi ke suatu tempat untuk mengadakan pertemuan tahunan. Ketujuh pria ini sedang dalam keadaan panik karena mereka sedang ditunggu pesawat yang hendak menuju ke kota di mana pertemuan itu diadakan.
Dari jauh terdengar panggilan agar mereka segera naik ke pesawat, karena kalau tidak mereka harus menunggu lima jam lagi untuk keberangkatan berikutnya. Dan menunggu pasti adalah pekerjaan yang paling membosankan. Jadi ketika turun dari mobil, ketujuh pria ini berlari sekuat tenaga agar mereka tidak ditinggal pesawat. Sementara jarak dari lobby, ke ruang tunggu dan ke lapangan pesawat sangat jauh. Mereka saling berteriak satu sama lain agar berlari lebih kencang lagi supaya segera sampai ke pesawat. Tidak ada tujuan lain dalam benak mereka, selain berlari secepatnya sampai di pesawat dan tidak tertinggal.
Seperti biasa, di bandara Boston banyak sekali orang berjualan, termasuk seorang gadis kecil buta yang berjualan buah di pinggir koridor jalan menuju ke ruang tunggu. Ketika ketujuh pria itu sedang berlari sekencang-kencangnya, tiba-tiba salah satu dari mereka menabrak meja apel milik gadis kecil ini sehingga meja itu terbalik dan susunan apelnya jatuh berantakan ke lantai. Apel itu berserakan di lantai bahkan berguling-guling jauh meninggalkan meja gadis buta yang malang itu.
Sementara itu, tujuh pria itu terus berlari tanpa memperdulikan apa yang sudah terjadi. Mereka berkata, “Cepat, jangan pedulikan, kita akan segera tertinggal!” Mereka benar-benar tidak mau menunggu lima jam berikutnya. Sementara itu gadis buta yang malang itu menangis sambil meraba-raba mencari buah apelnya yang jatuh berserakan. Ia tampak begitu sedih. Sambil menangis ia berkata kepada orang-orang disekitarnya, “Help me! Help me!” Namun tidak ada seorangpun yang tergerak untuk menolongnya.
Namun tiba-tiba salah satu dari tujuh pria tadi, (bukan orang yang menabak meja gadis penjual apel itu), menengok ke belakang dan melihat gadis kecil itu sedang meraba-raba ke lantai sambil menangis, mencari buah apelnya yang berserakan. Tampak tidak seorangpun yang memperdulikan. Di tengah larinya yang kencang tiba-tiba langkahnya terhenti ketika melihat gadis tersebut.
Sementara ke enam temannya sambil berlari berkata, “Ayo cepat! Kenapa kamu berhenti? Kita akan segera tertinggal!” Di tengah pergumulannya mau meneruskan perjalanan ini atau berbalik menolong gadis malang itu, akhirnya ia berkata kepada teman-temannya, “Kalian berangkat duluan saja, saya akan menyusul dengan pesawat berikutnya.”
Namun teman-temannya mengatakan bahwa pertemuan itu sudah dimulai jika ia harus menunggu lima jam lagi. Tapi sekali lagi ia berkata, “Tidak, kalian berangkat saja duluan, saya akan segera menyusul dengan pesawat berikutnya. Kalian berangkat saja sekarang!”
Akhirnya keenam temannya itu meninggalkan dia. Kemudian ia segera berlari menghampiri gadis kecil itu karena hatinya tidak tahan melihat kesulitan gadis itu. Pria ini kemudian segera membantunya memungut apel-apel itu. Setelah itu dia berkata kepada gadis kecil ini, “Saya minta maaf karena teman saya sudah menabrak meja apel Anda. Saya datang untuk menyusun kembali apel yang berserakan, dan sekarang apel tersebut sudah tersusun seperti semula. Tapi mungkin ada apel yang rusak. Saya tidak tahu berapa harga yang harus saya bayar untuk apel yang rusak itu, tapi terimalah pemberian ini”. Kata pria itu sambil mengeluarkan sejumlah uang. Pria itu telah menggantikan jauh lebih besar seandainyapun seluruh apel itu laku terjual. Kemudian sambil menangis dan terharu, si gadis kecil ini berkata, “Are you Jesus?” Are you Jesus, Sir?
Pertanyaannya, kapan terakhir kali kita mendengar kalimat itu di telinga kita? Gadis kecil buta itu hanya tahu dalam hidupnya bahwa orang yang baik itu adalah Yesus. Sebab itu ia bertanya, “Are you Jesus?” Karena baginya hanya orang yang namanya Yesus yang dapat berbuat seperti itu. Mungkin ia tidak kenal bahwa Yesus adalah Tuhan, tapi ia pernah mendengar bahwa ada Seseorang yang bernama Yesus. Orang itu adalah seorang pribadi yang suka menolong. Yang dapat menangis ketika melihat orang lain menangis.
Seringkali dalam hidup kita, kita sering lupa dengan orang-orang di sekitar kita yang sangat membutuhkan kita. Karena kita hanya terpaku mengejar keinginan kita, impian kita, ambisi pribadi kita atau mungkin target hidup yang sudah kita susun. Dan tidak boleh ada yang menghalangi kita untuk mencapainya. Sehingga kita lupa sebenarnya untuk apa dan untuk siapa kita hidup dan kita lupa siapa diri kita sebenarnya.
Kapan terakhir kali Anda mendengar sebuah kata terucap dari mulut seseorang yang sedang mengharapkan pertolongan, “Are you Jesus?
Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup.(1Yohanes 2:6)

Saat Teduh-Quiet Time (Markus 1:35; Yohanes 15:5)

(Mrk. 1:35; Yoh. 15:5)
Setiap orang yang percaya kepada Yesus Kristus dan menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya, merupakan cabang/ranting yang menempel pada pokok Anggur yang benar. Ranting yang menempel pada pokok anggur akan mendapat aliran bahan makanan terus-menerus dan berbuah lebat.
Apa akibatnya bila ranting tersebut tidak menempel atau dipotong dari pokok anggurnya? Ranting tersebut akan layu, daunnya menguning dan kemudian mati kekeringan. Ranting yang menempel pada pokok anggur merupakan gambaran dari pentingnya hubungan pribadi kita dengan Tuhan setiap hari, yang biasa disebut dengan HPDT/Saat Teduh. Hubungan/ persekutuan ini akan memberikan makanan dan kekuatan bagi kita untuk bertumbuh dan berbuah di dalam kehidupan ini.
”Saat teduh” adalah waktu khusus yang disediakan bagi Tuhan setiap hari. Dalam waktu teduh ini kita berjumpa dengan Tuhan, berbicara dengan Tuhan dalam doa, membaca, merenungkan dan melakukan apa yang akan dikatakan/difirmankan Tuhan melalui firman-Nya. Saat teduh adalah persekutuan yang indah dengan Tuhan setiap hari dan merupakan penyerahan diri secara baru pada hari itu.
Bersaat teduh dengan Tuhan setiap hari mungkin merupakan aspek kehidupan Kristen yang paling banyak dipromosikan, namun paling sedikit dipraktekkan. Mengapa? Ada banyak faktor penyebab mengapa orang-orang tidak bersaat teduh secara rutin. Ada faktor kemalasan. Ada yang beralasan sibuk dengan kegiatan sehari-hari. Ada juga yang beralasan tidak tahu cara membaca Alkitab dengan benar. Ada juga yang mengalami kesulitan dalam memahami berita Alkitab dari masa lalu untuk diterapkan pada masa kini. Dan sejumlah alasan lainnya.
1. Mengapa bersaat teduh?
Sedikitnya ada lima alasan mengapa kita perlu bersaat teduh? Alasan pertama adalah teladan Tuhan Yesus. Selama pelayanannya di muka bumi ini, Tuhan Yesus bangun pagi-pagi benar, ketika hari masih gelap, dan pergi ke tempat yang sunyi untuk berdoa (Mrk 1:35). Karena alasan tertentu, Tuhan Yesus merasa bahwa saat teduh itu lebih penting daripada satu atau dua jam untuk tidur, atau menyembuhkan atau berkhotbah. Jika Tuhan Yesus saja memerlukan saat teduh, apalagi kita.
Alasan kedua Tuhan merindukan persekutuan dengan kita. Ini adalah suatu hal yang luar biasa, bahwa pencipta langit dan bumi benar-benar menginginkan persekutuan dengan ciptaan-Nya. Raja alam semesta ini ingin menyatakan diri-Nya dan kasih-Nya kepada kita setiap hari.
Alasan ketiga, tanpa saat teduh yang teratur, kita tidak dapat bertumbuh dalam iman. Orang-orang saleh yang dipakai Tuhan dari abad ke abad, semuanya mempunyai saat teduh yang teratur. Misalnya: Daniel telah menjadi seorang perdana menteri di sebuah kerajaan besar, tetapi ”tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Allahnya” (Dan 6:11). Musa yang bertanggung jawab memimpin 2 juta orang Yahudi dalam perjalanan melewati padang gurun selama 40 tahun mendapatkan kebijaksanaan dan kekuatan melalui waktu yang diluangkan bersama Allah, sebagai saat pertemuan antara 2 orang bersahabat. Daud, seorang tokoh perang dan raja yang terkenal, senantiasa meluangkan waktu bersama Allah. Kitab Mazmur berisi catatan harian saat teduhnya bersama Allah.
Alasan keempat, saat teduh membuat kita peka. Mzm 25:14, ”TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya/maksud-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka.” Hubungan pribadi yang akrab dengan Tuhan akan menimbulkan kepekaan di dalam diri kita terhadap kehendak Tuhan. Kepekaan dan pemahaman akan kehendak Allah akan menghasilkan perubahan sikap dan karakter di dalam kehidupan kita.
Alasan kelima, karena Alkitab itu memiliki banyak manfaat yang penting di dalam kehidupan orang percaya. Dalam 2 Tim. 3:16, diungkapkan beberapa manfaat dari Alkitab, yaitu:
o Mengajar. Apa yang diajarkan oleh Alkitab? Tentu saja kita dapat belajar tentnng Allah yang menyatakan diri, karya dan kehendak-Nya sampai saat ini kepada umat manusia. Kita pun dapat belajar tentang respon manusia, baik yang positif maupun negatif, terhadap Allahnya.
o Menyatakan kesalahan Di dalam Alkitab terdapat kebenaran yang sifatnya universal dan kekal. Oleh karena itu, dengan membaca yang benar (Alkitab), maka kita dapat tahu apa yang salah. Saat teduh mengoreksi kehidupan kita.
o Memperbaiki kelakuan. Dengan mengetahui apa yang salah, maka kita diajak untuk memperbaiki kelakuan kita Tidak hanya kelakuan bahkan, tetapi juga pola pikir dan tutur kata kita juga.
o Mendidik orang dalam kebenaran. Ini adalah fungsi yang tidak kalah pentingnya. Sebagai orang percaya, kita diharapkan untuk setia pada kebenaran dan karenanya berupaya untuk hidup dalam kebenaran itu. Alkitab dapat menolong kita untuk mengenal kebenaran dan mendidik kita untuk setia pada kebenaran.
2. Waktu dalam bersaat teduh
Sebenarnya tidak ada waktu yang paling baik dalam bersaat teduh, karena pada dasarnya kita dapat membaca dan merenungkan Firman Tuhan kapan saja. Sekalipun demikian, pemilihan waktu yang tepat akan sangat menentukan proses saat teduh yang kita lakukan. Kalau begitu, kapan waktu yang tepat itu? Tentu itu tergantung dari diri kita masing-masing. Yang penting, ada suasana teduh dan tenang saat kita bersaat teduh. Suasana yang demikian akan sangat menolong kita untuk berkonsentrasi dan mendapat sesuatu dari Firman yang kita baca (bnd. Mat. 6:6).
Dalam Mrk. 1:35, dikisahkan tentang Tuhan Yesus yang berdoa pada pagi-pagi sekali sewaktu hari masih gelap. Tempat yang dipilih pun adalah tempat yang tenang. Di situlah Ia dapat berkonsentrasi dalam bersaat teduh untuk mendapatkan kekuatan spiritual guna melanjutkan karya-Nya di dunia.
Bukan berarti bahwa kita harus bersaat teduh pada pagi-pagi sekali, sama seperti Tuhan Yesus, karena Tuhan Yesus juga biasa berdoa pada malam hari (Mat. 14:23, ”Dan setelah orang banyak itu disuruh-Nya pulang, Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri. Ketika hari sudah malam, Ia sendirian di situ”). Oleh karena itu, yang penting bukan kapannya, tetapi waktu yang tepat; tepat karena ada suasana teduh dan tenang, tepat karena kita bisa dengan sungguh-sungguh membaca Alkitab untuk mencari tahu apa kehendak-Nya bagi kita, tepat karena kondisi fisik kita masih memungkinkan untuk berdoa kepada-Nya. Kalau waktu yang tepat itu adalah pagi hari, ya… lakukanlah pada pagi hari. Kalau waktu yang tepat itu adalah malam hari, sebelum tidur, ya… lakukanlah pada malam hari. Yang penting, kita tetap melakukan saat teduh di waktu yang tepat.
3. Tempat bersaat teduh
Sejalan dengan pembahasan di atas tentang waktu dalam bersaat teduh, maka tidak ada tempat yang paling baik dalam bersaat teduh. Dalam Alkitab, Tuhan Yesus berkali-kali berdoa di sebuah bukit, di tempat yang sunyi (bnd. Mat. 14:23; Mrk. b:46; Luk. 6:12). Mengapa bukit menjadi tempat favorit-Nya? Yang pasti, bukit dipilih bukan karena tempat itu lebih tinggi dan karenanya lebih dekat ke sorga atau dengan kata lain doanya lebih cepat didengar oleh Allah Bapa.
Tempat itu dipilih karena menyediakan suasana yang teduh dan tenang. Suasana itu adalah prasyarat bagi saat teduh yang baik dan berkualitas. Lagipula, dalam kesempatan yang lain, Tuhan Yesus menyuruh para pendengar-Nya untuk berdoa di kamar yang terkunci (Mat. 6:6). Di balik pengajaran itu, sebenarnya terkandung pemahaman bahwa saat teduh itu harus dilakukan dalam suasana yang teduh, tenang, serta bukan dalam semangat untuk memamerkan kepada orang lain bahwa diri kita adalah orang yang saleh, yang ditunjukkan dengan seringnya berdoa (bersaat teduh). Jadi, dapat dikatakan bahwa tempat yang baik dalam bersaat teduh adalah tempat yang menyediakan suasana teduh dan tenang. Oleh karena itu, kita tidak terikat pada kamar di rumah kita. Kita juga bisa bersaat teduh di villa saat retreat pribadi misalnya. Hal yang penting adalah bahwa tempat itu haruslah mendukung kita bersaat teduh secara berkualitas.
4. Langkah-langkah praktis dalam bersaat teduh
Sebenarnya, ada sejumlah langkah praktis untuk melakukan saat teduh, misalnya: diawali dan diakhiri dengan nyanyian. Tetapi secara umum, bersaat teduh dapat dilakukan dengan langkah demikian:
a. Berdoalah. Sebelum kita membaca dan merenungkan Firman Tuhan, diharapkan kita berdoa terlebih dahulu. Kita berdoa supaya Roh Kudus memberi penerangan kepada kita, sehingga bagian Alkitab yang kita baca sungguh-sungguh memberi arti dan makna bagi hidup kita. Kita pun dimampukan untuk memahami berita Alkitab dari masa lalu untuk diterapkan pada masa kini. Jadi, untuk memahami isi Alkitab diperlukan bantuan Allah sendiri, tidak bisa dan tidak boleh bergantung pada pengertian diri sendiri.
b. Bacalah. Saat ini, ada daftar bacaan harian yang diterbitkan oleh LAI selama setahun (biasanya juga dicantumkan dalam warta jemaat mingguan). Atau, kalau kita tidak mempunyainya, kita dapat memanfaatkan daftar bacaan yang tertera dalam buku renungan yang biasa kita pakai (spt: Saat Teduh, Renungan Harian, Santapan Harian, dsb). Dalam membaca Aikitab, tentu kita tidak boleh tergesa-gesa, sehingga kita tidak bisa menangkap maknanya. Membaca Alkitab tidak sama seperti membaca buku komik, yang dapat dibaca sekilas saja.
c. Renungkanlah. Seusai kita membaca Alkitab, ada baiknya kita merenungkan terlebih dahulu hal-hal di bawah ini. Ada baiknya kita tidak langsung membaca buku renungan yang kita punyai. Buku itu hanya menolong kita saja. Oleh karena itu, yang penting adalah proses pemaknaan secara pribadi terhadap teks Alkitab yang kita baca. Pertanyaan-pertanyaan berikut ini dapat menolong kita untuk merenungkan teks Alkitab itu secara pribadi, yaitu:
 Apa saja yang kubaca. ada peristiwa apa? Hal apa yang menarik? Siapa yang menjadi tokoh atau pusat berita? Adakah kaitan dengan ayat atau perikop sebelumnya?
 Apa pesan yang Allah sampaikan kepadaku melalui nas tadi. adakah janji terungkap di sana? Apakah Allah memberi peringatan dalam ayat itu? Adakah teladan yang bisa kita pelajari? Dst.
 Apa responku adakah hal-hal spesifik dalam hidupku kini yang disoroti oleh pesan Firman Tuhan tsb.? Apa responku terhadap firman itu agar menjadi bagian dari hidupku?
d. Bandingkanlah hasil perenungan pribadi kita dengan buku renungan yang kita miliki. Kalau ternyata hasilnya berbeda, jangan kecil hati. Bukan berarti kita salah dalam memahami pesan Firman Tuhan. Perbedaan itu justru memperkaya pemahaman yang bisa kita dapat dari teks Alkitab yang dibaca.
e. Berdoalah kembali di akhir perenungan kita. Kita berdoa supaya pesan Firman Tuhan itu dapat terus kita ingat dan lakukan. Kita pun boleh mendoakan berbagai hal lainnya, spt: kegiatan di sepanjang hari yang akan kita lalui (kalau saat teduh dilakukan pagi hari); kegiatan yang sudah kita lakukan (pada malam hari); keluarga yang kita kasihi dsb.
f. Periksalah apakah kita sudah melakukan pesan Firman Tuhan itu dalam kehidupan sehari-hari. Jika kita bersaat teduh di pagi hari, maka kita dapat memeriksa diri kita pada malam harinya. Jika kita bersaat teduh di malam hari, maka kita dapat memeriksa diri pada keesokan malamnya saat kita bersaat teduh kembali. Langkah ini menjadi penting, sebagai proses evaluasi diri dan juga mengingatkan kita untuk terus termotivasi melakukan dan memberlakukan Firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.
Penutup: Clip ”Priority”
Apakah kita terlalu sibuk? Warren dan Ruth Myers di dalam bukunya yang berjudul ”How to Have A Quiet Time?” mengatakan, “Bila Allah benar-benar penting bagi kita, kita pasti akan menyediakan waktu bagi Dia. Kalau tidak, kita adalah orang Kristen yang gagal.” Langkah untuk memulai saat teduh adalah tindakan. Karena kita berada dekat dengan Tuhan sedekat yang kita sendiri pilih, bukan sedekat yang kita inginkan.” Cerah atau mendungnya kehidupan kita sepanjang hari itu, tergantung bagaimana kita mengawalinya. Oleh karena itu marilah kita mengawali hari-hari kita bersama dengan Tuhan di dalam saat teduh. Amin
Penginjil Robert Summer dalam bukunya yang berjudul, “The Wonder of the Word of God” menceritakan tentang seorang warga Kansas, korban ledakan. Ia tidak menyebutkan namanya. Hanya dikatakannya wajahnya rusak, matanya menjadi buta, dan kedua tangannya putus. Ia baru saja menjadi seorang Kristen. Kekecewaan terbesarnya adalah kondisinya tidak lagi memungkinkannya meneruskan kesukaannya membaca Alkitab.
Pada suatu hari, ia mendengar mengenai seorang wanita di Inggris yang dapat membaca huruf braille dengan memakai bibirnya. Dengan harapan dapat melakukan hal yang sama, dia memesan Alkitab dalam huruf braille. Tetapi ternyata dia mendapati bahwa syaraf pada ujung bibirnya pun tidak dapat berfungsi (tidak peka) lagi sebagaimana mestinya. Jadi, ia tidak dapat membedakan huruf-huruf braille itu. Dalam keputusasaan, ia terus mencoba dan mencoba. Hingga pada suatu hari, ketika ia sedang mencoba membaca huruf-huruf braille dengan bibirnya, lidahnya secara tidak sengaja menyentuh beberapa huruf. Betapa kaget dan senangnya dia, “Aku dapat membaca dengan lidahku.” Saat kisah ini diceritakan Summer, orang itu sudah 4 kali membaca seluruh Alkitab dengan menggunakan … lidahnya.

Diary Seorang Pramugari

Saya adalah seorang pramugari biasa dari China Airline, karena bergabung dengan perusahaan penerbangan hanya beberapa tahun dan tidak mempunyai pengalaman yang mengesankan, setiap hari hanya melayani penumpang dan melakukan pekerjaan yang monoton.
Pada tanggal 7 Juni yang lalu saya menjumpai suatu pengalaman yang membuat perubahan pandangan saya terhadap pekerjaan maupun hidup saya. Hari ini jadwal perjalanan kami adalah dari Shanghai menuju Peking , penumpang sangat penuh pada hari ini.
Di antara penumpang saya melihat seorang kakek dari desa, merangkul sebuah karung tua dan terlihat jelas sekali gaya desanya, pada saat itu saya yang berdiri di pintu pesawat menyambut penumpang kesan pertama dari pikiran saya ialah zaman sekarang sungguh sudah maju seorang dari desa sudah mempunyai uang untuk naik pesawat.
Ketika pesawat sudah terbang, kami mulai menyajikan minuman, ketika melewati baris ke 20, saya melihat kembali kakek tua tersebut, dia duduk dengan tegak dan kaku di tempat duduknya dengan memangku karung tua bagaikan patung.
Kami menanyakannya mau minum apa, dengan terkejut dia melambaikan tangan menolak, kami hendak membantunya meletakan karung tua di atas bagasi tempat duduk juga ditolak olehnya, lalu kami membiarkannya duduk dengan tenang, menjelang pembagian makanan kami melihat dia duduk dengan tegang di tempat duduknya, kami menawarkan makanan juga ditolak olehnya.
Akhirnya kepala pramugari dengan akrab bertanya kepadanya apakah dia sakit, dengan suara kecil dia mejawab bahwa dia hendak ke toilet tetapi dia takut  apakah di pesawat boleh bergerak sembarangan, takut merusak barang di dalam pesawat.
Kami menjelaskan kepadanya bahwa dia boleh bergerak sesuka hatinya dan menyuruh seorang pramugara mengantar dia ke toilet, pada saat menyajikan minuman yang kedua kali, kami melihat dia melirik ke penumpang di sebelahnya dan menelan ludah, dengan tidak menanyakannya kami meletakan segelas minuman teh di meja dia, ternyata gerakan kami mengejutkannya, dengan terkejut dia mengatakan tidak usah, tidak usah, kami mengatakan engkau sudah haus minumlah, pada saat ini dengan spontan dari sakunya dikeluarkan segenggam uang logam yang disodorkan kepada kami, kami menjelaskan kepadanya minumannya gratis, dia tidak percaya, katanya saat dia dalam perjalanan menuju bandara, merasa haus dan meminta air kepada penjual makanan di pinggir jalan dia tidak diladeni malah diusir.
Pada saat itu kami mengetahui demi menghemat biaya perjalanan dari desa dia berjalan kaki sampai mendekati bandara baru naik mobil, karena uang yang dibawa sangat sedikit, hanya dapat meminta minunam kepada penjual makanan di pinggir jalan itupun kebanyakan ditolak dan dianggap sebagai pengemis.Setelah kami membujuk dia terakhir dia percaya dan duduk dengan tenang meminum secangkir teh, kami menawarkan makanan tetapi ditolak olehnya.
Dia menceritakan bahwa dia mempunyai dua orang putra yang sangat baik, putra sulung sudah bekerja di kota dan yang bungsu sedang kuliah di tingkat tiga di Peking . anak sulung yang bekerja di kota menjemput kedua orang tuanya untuk tinggal bersama di kota tetapi kedua orang tua tersebut tidak biasa tinggal di kota akhirnya pindah kembali ke desa, sekali ini orang tua tersebut hendak menjenguk putra bungsunya di Peking, anak sulungnya tidak tega orang tua tersebut naik mobil begitu jauh, sehingga membeli tiket pesawat dan menawarkan menemani bapaknya bersama-sama ke Peking, tetapi ditolak olehnya karena dianggap terlalu boros dan tiket pesawat sangat mahal dia bersikeras dapat pergi sendiri akhirnya dengan terpaksa disetujui anaknya.
Dengan merangkul sekarung penuh ubi kering yang disukai anak bungsunya, ketika melewati pemeriksaan keamanan di bandara, dia disuruh menitipkan karung tersebut ditempat bagasi tetapi dia bersikeras membawa sendiri, katanya jika ditaruh di tempat bagasi ubi tersebut akan hancur dan anaknya tidak suka makan ubi yang sudah hancur, akhirnya kami membujuknya meletakan karung tersebut di atas bagasi tempat duduk, akhirnya dia bersedia dengan hati-hati dia meletakan karung tersebut.
Saat dalam penerbangan kami terus menambah minuman untuknya, dia selalu membalas dengan ucapan terima kasih yang tulus, tetapi dia tetap tidak mau makan, meskipun kami mengetahui sesungguhnya dia sudah sangat lapar, saat pesawat hendak mendarat dengan suara kecil dia menanyakan saya apakah ada kantongan kecil? dan meminta saya meletakan makanannya di kantong tersebut. Dia mengatakan bahwa dia belum pernah melihat makanan yang begitu enak, dia ingin membawa makanan tersebut untuk anaknya, kami semua sangat kaget.
Menurut kami yang setiap hari melihat makanan yang begitu biasa di mata seorang desa menjadi begitu berharga. Dengan menahan lapar disisihkan makanan tersebut demi anaknya, dengan terharu kami mengumpulkan makanan yang masih tersisa yang belum kami bagikan kepada penumpang ditaruh didalam suatu kantongan yang akan kami berikan kepada kakek tersebut, tetapi diluar dugaan dia menolak pemberian kami, dia hanya menghendaki bagian dia yang belum dimakan tidak menghendaki yang bukan miliknya sendiri, perbuatan yang tulus tersebut benar-benar membuat saya terharu dan menjadi pelajaran berharga bagi saya.
Sebenarnya kami menganggap semua hal tersebut sudah berlalu, tetapi siapa menduga pada saat semua penumpang sudah turun dari pesawat, dia yang terakhir berada di pesawat. Kami membantunya keluar dari pintu pesawat, sebelum keluar dia melakukan sesuatu hal yang sangat tidak bisa saya lupakan seumur hidup saya, yaitu dia berlutut dan menyembah kami, mengucapkan terima kasih dengan bertubi-tubi, dia mengatakan bahwa kami semua adalah orang yang paling baik yang dijumpai, kami di desa hanya makan sehari sekali dan tidak pernah meminum air yang begitu manis dan makanan yang begitu enak, hari ini kalian tidak memandang hina terhadap saya dan meladeni saya dengan sangat baik, saya tidak tahu bagaimana mengucapkan terima kasih kepada kalian.
Semoga Tuhan membalas kebaikan kalian, dengan menyembah dan menangis dia mengucapkan perkataannya. Kami semua dengan terharu memapahnya dan menyuruh seseorang anggota yang bekerja dilapangan membantunya keluar dari lapangan terbang.
Selama 5 tahun bekerja sebagai pramugari, beragam-ragam penumpang sudah saya jumpai, yang banyak tingkah, yang cerewet dan lain-lain, tetapi belum pernah menjumpai orang yang menyembah kami, kami hanya menjalankan tugas kami dengan rutin dan tidak ada keistimewaan yang kami berikan, hanya menyajikan minuman dan makanan, tetapi kakek tua yang berumur 70 tahun tersebut sampai menyembah kami mengucapkan terima kasih, sambil merangkul karung tua yang berisi ubi kering dan menahan lapar menyisihkan makanannya untuk anak tercinta, dan tidak bersedia menerima makanan yang bukan bagiannya, perbuatan tersebut membuat saya sangat terharu dan menjadi pengalaman yang sangat berharga buat saya dimasa datang yaitu jangan memandang orang dari penampilan luar tetapi harus tetap menghargai setiap orang dan mensyukuri apa yang kita dapat.
Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.
http://4yub.blogdetik.com
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Serly 22 - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger